SURABAYA - Rencana Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa melakukan uji coba kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka bagi siswa-siswi SMA/SMK dan SLB dalam waktu dekat di beberapa sekolah.
Yang telah memenuhi persyaratan yang ada di daerah dengan kategori hijau, orange dan kuning mendapat dukungan DPRD Jatim.
“Kami mendukung belajar tata muka mulai diujicobakan tapi tetap harus melibatkan persetujuan dari wali murid karena hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk Covid-19 sehingga kita harus waspada, ” kata Achmad Iskandar wakil ketua DPRD Jatim ditemui di DPRD Jatim, Kamis (14/8).
Politisi asal Madura ini mengakui pembelajaran jarak jauh bukan tanpa kendala. Sebab, tingkat perekonomian masyarakat dan fasilitas yang tersedia juga tidak merata.
Sudah banyak kasus, ada orang tua sampai nekad mencuri handphone untuk anaknya supaya bisa mengikuti belajar online.
"Makanya kita dukung belajar tatap muka bisa segera dimulai kembali dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan, ” kata pembina FPD DPRD Jatim.
Pertimbangan lainnya, pemerintah juga fokus pemulihan ekonomi. Mengingat dampak pandemi covid-19 telah memporak-porandakan perekonomian dunia termasuk di Indonesia.
“Kami optimis jika sekolah-sekolah sudah bisa dibuka kembali, perekonomian juga akan bergerak lebih cepat, ” kata Iskandar.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Wahid Wahyudi menyebut bahwa uji coba pembelajaran tatap muka di sekolah SMA/SMK dan SLB diagendakan mulai 18 Agustus mendatang.
“Uji coba pembelajaran tatap muka akan dilakukan di SMA, SMK dan SLB pada 18 Agustus di masing-masing kota/kabupaten baik sekolah swasta dan negeri sesuai kesiapan sekolah, ” ujar Wahid Wahyudi.
Namun uji coba ini belum akan dilakukan di seluruh kabupaten/kota di Jatim. Sebab Dindik Jatim tidak mengizinkan sekolah tatap muka dilakukan di zona merah.
Sementara untuk pewarnaan zona lain, Wahid mengatakan, uji coba dilakukan sesuai ketentuan. Zona orange misalnya, hanya diperkenankan secara bergiliran masing-masing kelas diisi 25 persen dari kapasitas.
“Jadi jika sekelas ada 36 siswa, maka saat uji coba hanya sembilan siswa yang masuk, ” tegasnya.
Kemudian untuk zona hijau, kata mantan Kadishub Jatim, pembelajaran tatap muka dilakukan separOh dari kapasitas kelas. “Yakni 50% siswa yang masuk, ” terang Wahid Wahyudi.
Namun mantan asisten II Setdaprov Jatim itu mengingatkan, sebelum melakukan uji coba harus disiapkan semua protokol kesehatan. Mulai dari alat cuci tangan, disinfektas dan jaga jarak.
Selain itu, pihaknya juga meminta kantin tidak dibuka terlebih dahulu dan menyarankan siswa membawa bekal dari rumah. Pun demikian dengan tempat ibadah, ia berharap tidak ada alat ibadah seperti sajadah yang digunakan bersama.
“Ada tugas dobel untuk pihak sekolah, karena pertama ada siswa yang tidak diizinkan masuk sekolah oleh orang tua. Selanjutnya sekolah harus menyiapkan belajar tatap muka dan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) pelaksanaannya akan dilakukan dua minggu dan akan dievaluasi, ” ungkap Wahid.
Ia mengakui, uji coba ini dilakukan karena banyaknya kendala selama PJJ, seperti keterbatasan sarana prasarana di keluarga yang tidak mampu.
“Akibatnya mereka harus pinjam ponsel ke tetangganya. Ada juga yang punya ponsel satu bapaknya saja, tapi anaknya banyak butuh PJJ, ” kata Wahid.
Selain itu PJJ juga terkendala internet yang terbatas di beberapa wilayah dan sumber daya manusia (SDM) yang terbatas dalam kemampuan memakai teknologi.
Pertimbangan lainnya adalah siswa SMA/SMK sederajat telah memiliki kondisi fisik dan tahap pola pikirnya mampu melaksanakan protokol kesehatan.
“Gubernur Jatim sudah mengeluarkan surat dan hari ini diterima sekolah beserta teknisnya dari surat kepala dinas, ” jelasnya.
Jika berjalan dengan baik, pada awal September, skema pembelajaran tatap muka yang menjadi percontohan nasional ini akan dikembangkan lebih besar lagi. (***)