JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi), memberikan penghargaan Teaching Factory (TEFA) 2021 kepada 60 SMK terpilih yang telah merintis produk/jasa di sekolahnya sesuai dengan kompetensi keahlian.
“Saya berharap program bantuan TEFA ini dapat melahirkan peserta didik yang kompeten, serta memiliki pengalaman berproduksi dan berwirausaha sebagai bekal dalam memasuki dunia kerja sekaligus mandiri dalam berwirausaha, ” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, seperti dikutip dalam rilis Kemendikbudristek di Jakarta, Jumat (20/8/2021).
Baca juga:
Pojok statistik UB Raih Terbaik Pertama
|
Saat memberikan sambutan pada TEFA Award 2021 secara daring, Kamis (19/8) Dirjen Wikan menyampaikan, TEFA harus bermula dari industri sehingga peserta didik dan sekolah dapat menciptakan produk berkualitas, diterima oleh pasar, dan menghasilkan proses yang berkesinambungan sebagai indikator keberhasilan.
“Tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga berdampak, termasuk dalam program link and match paket 8+i. TEFA juga harus disesuaikan dengan kurikulum bersama industri dan terus menghadirkan pakar agar berkesinambungan. Harus start from the end, jangan tiba-tiba ingin membuat sesuatu, ” ungkapnya.
Dirjen Wikan menambahkan, TEFA merupakan pengembangan dari pendidikan sistem ganda, yaitu competence based training (CBT) dan production based education and training (PBET) yang dilaksanakan oleh SMK dan diharapkan dapat menanamkan jiwa kewirausahaan bagi siswa.
Adapun yang perlu diperhatikan dalam produksi barang dan jasa tersebut, antara lain (1) produk apa yang dibutuhkan di pasar, (2) mengapa produk tersebut dibeli, (3) siapa pembelinya, (4) bagaimana proses pembeliannya, (5) bagaimana mutu dan penampilan produknya, (6) bagaimana modelnya, serta (7) bagaimana merek, pelayanan dan garansinya.
Sementara itu, Plt. Direktur SMK, Wartanto menyampaikan, program bantuan TEFA diikuti oleh 949 SMK dan menghadirkan juri dari unsur industri, akademisi, dan praktisi bisnis yang menilai proposal dan rencana bisnis peserta dalam bentuk business model canvas. “Program bantuan TEFA telah disosialisasikan melalui rangkaian pelaksanaan seri webinar pada 18 sampai 21 Mei 2021 dengan narasumber yang berasal dari kalangan profesional atau mitra industri yang kompeten, ” ujar Wartanto.
Ia menambahkan, tahap seleksi awal dilaksanakan pada tanggal 7 sampai 13 Juli 2021 dan diperoleh 120 SMK yang lolos untuk dilanjutkan seleksi tahap berikutnya.
“Pada seleksi tahap kedua berupa pitching nation, peserta melakukan presentasi terbuka di hadapan juri pada 29 sampai 31 Juli 2021 untuk mendapatkan 60 SMK terpilih yang akan mendapatkan bantuan TEFA. Kemudian, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan program bantuan TEFA di SMK penerima bantuan pada Agustus sampai November 2021. Pada tahap akhir, SMK tersebut akan melaksanakan pameran, baik secara luring maupun daring, yaitu pada November sampai Desember 2021, ” tambah Wartanto.
Wartanto mengungkapkan, TEFA harus bisa memproduksi produk/jasa yang mendorong peserta didik berwirausaha dan bukan sekadar mengembangkan bahan, tetapi dapat disalurkan ke masyarakat hingga mendapat pengakuan hak cipta.
“TEFA juga harus menghasilkan proyek bagi para peserta didik, hingga mereka bisa mengaplikasikan sesuai kebutuhan industri. Selain itu, mereka juga bisa berkreasi dan berkolaborasi hingga menghasilkan usaha mandiri dengan upaya project based learning. Jadi, harus terus dilakukan diskusi dan ide-ide baru yang bisa dipecahkan bersama, ” pungkasnya.(***)